|

Catatan Bagi HUT KE-3 Kota Tangerang Selatan


Oleh: H.M. Salbini, Lc, MA. (Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Tangerang Selatan)
H.M.-Salbini-Lc-MA-147x150
Tanggal 26 November 2011 merupakan momentum bersejarah bagi seluruh masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Pada tanggal itu, Kota Tangsel akan berusia 3 tahun sejak dimekarkannya dari Kabupaten Tangerang bedasarkan UU No. 51 tahun 2008. Dalam usia yang masih sangat muda, Kota Tangsel  yang kini dipimpin oleh Walikota Hj. Airin Rachmi Diany dan Wakil Walikota H. Benyamin Davnie sejak 20 April 2011 itu mengalami banyak perkembangan yang signifikan. Meskipun demikian, perkembangan ini juga diiringi  dengan banyaknya potensi daerah yang belum tergarap dan berbagai masalah yang masih membelit kota berpenghuni 1.303.569 jiwa ini (Sensus Penduduk 2010).
Sebagai daerah baru yang strategis, Kota Tangsel jelas memiliki potensi besar untuk berkembang dengan pesat dan maju. Terlebih jika hal ini dikaitkan dengan konteks semangat era Otonomi Daerah (Otda) yang memacu banyak daerah di Indonesia untuk memperbaiki dan mempercantik diri. Beberapa daerah tersebut mulai menuai hasil, beberapa yang lain masih berusaha keras untuk mewujudkannya.
Sejatinya, seluruh masyarakat Kota Tangsel juga mengharapkan bahwa terbentuknya kota ini mampu menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam beberapa hal, harapan itu mulai menunjukkan tanda-tandanya. Usia Kota Tangsel yang masih sangat belia bukan halangan bagi kota dengan luas sekitar 150,78 kilometer persegi ini untuk meraih beberapa capaian yang signifikan.
Capaian-Capaian Positif
Dalam konteks ekonomi, Kota Tangsel sejauh ini mampu mencapai hasil-hasil yang signifikan. Beberapa diantaranya yaitu, APBD Kota Tangsel 2011 telah melampaui angka Rp. 1 triliun, tepatnya Rp. 1.257.777.227.485. Angka ini meningkat 58 % dari APBD tahun 2010.. Begitu juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2011 dari yang semula ditargetkan Rp.248.034.575.000 meningkat 23,84% menjadi Rp.307.176.100.000.
Selain itu, Kota Tangsel juga mencatat angka Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang siginifikan, yakni menembus 8,5 persen, naik jauh dari tahun sebelumnya yang hanya 7,4 persen. Angka ini juga tercatat melebihi angka rata-rata nasional yang hanya 6,4 persen.
Sektor pembangunan juga mampu mencatat beberapa capaian positif, yakni geliat pembenahan dan perbaikan pada aspek infrastruktur. Pembenahan dan perbaikan infrastruktur, terutamanaya jalan, mulai terlihat di beberapa ruas jalan utama Kota tangsel. Begitu juga dengan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten, dari angka 70,6 poin yang diperoleh oleh Provinsi Banten, Kota Tangsel menyumbang 75,01 poin. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM Kota Tangsel sangat unggul.
Capaian positif lainnya adalah status opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bagi laporan keuangan Kota Tangsel yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Banten. Jika melihat fakta bahwa Kota Tangsel baru memiliki DPRD pada pertengahan 2009 dan Walikota definitif 20 April 2010 lalu, capaian ini sangat signifikan.
Apresiasi juga datang dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PP dan PA) yang memberikan status proyek percontohan Kota Layak Anak (KLA) kepada Kota Tangsel.
Beberapa kebijakan dan terobosan strategis dari Walikota dan Wakil Walikota definitif Kota Tangsel juga mulai terasa.  Dalam bidang pendidikan, Walikota telah mencabut Perwal Nomor 36 tahun 2009 tentang sumbangan pendidikan secara sukarela dari masyarakat dan menggantinya dengan Perwal Nomor 61 tahun 2011 tentang tidak dilakukannya pungutan DSP atau investasi bagi peserta didik. Untuk bidang infrastruktur, Pemkot telah memperbaiki 57,15 kilometer jalan kota dan jalan poros serta pemeliharaan sejumlah jembatan. Walikota juga menunda pembangunan Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangsel karena ingin fokus pada pembenahan infrastruktur yang berkaitan dengan masyarakat luas.
Permasalahan sampah mulai mulai terurai satu persatu yang targetnya adalah Kota Tangsel memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan sistem Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Di bidang kesehatan, Walikota mengeluarkan kebijakan pemberian subsidi kesehatan, program Jamkesda dan Jampersal. Termasuk mempercepat realisasi pembangunan RSUD Kota Tangsel yang ditargetkan akan beroperasi tahun 2012 mendatang.
Catatan-Catatan Negatif
Selain beberapa capaian positif serta kebijakan strategis dari Walikota dan jajaran Pemkot Tangsel, masih terdapat beberapa permasalahan penting di Kota Tangsel ini yang perlu mendapat perhatian kita bersama.
Pertama, kualitas dan kinerja aparatur pemerintahan dalam pelayanan publik. Hal ini selaras dengan suara masyarakat yang tergambar dalam hasil polling Tangerang Public Transparency Watch (TRUTH) pada bulan Mei 2011 lalu. polling tersebut menyatakan beberapa persoalan yang harus segera ditangani oleh Pemkot adalah persoalan sampah, infrastruktur jalan, manajemen transportasi dan tata, pendidikan dan administrasi kependudukan.
Kedua, laju pertumbuhan penduduk. Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang, jumlah penduduk Kota Tangsel akan mencapai angka 3,6 juta jiwa. Perhitungan ini didasarkan atas pertumbuhan penduduk sebesar 4,6% dan jumlah penduduk saat ini 1,3 juta jiwa. Bahkan, pasca lebaran lalu, penduduk Kota Tangsel sudah bertambah sebanyak 5.894 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang cepat ini tentu diiringi dengan kebutuhan pelayanan publik yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika Pemkot tidak segera atau bahkan gagal mengantisipasi fenomena ini, maka dampak yang ditimbulkannya akan sangat membahayakan.
Ketiga, masalah kesenjangan antar wilayah dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data tahun 2009 menggambarkan kesenjangan ini dimana Kecamatan Ciputat Timur, Serpong dan Serpong Utara memberikan kontribusi 60 persen. Sedangkan Kecamatan Setu hanya berkontribusi sebesar 3,51 persen.
Keempat, angka jumlah kemiskinan dan pengangguran. Mengacu kepada data BPS 2009, Kota tangsel masih memiliki 52.644 orang miskin atau sekitar 4, 89 persen dari jumlah penduduk.  Adapun angka jumlah penggangguran tahun 2010 tercatat 9.605 orang dan tahun 2011 mencapai sekitar 50.122 orang atau meningkat sekitar 40 ribu orang dalam setahun ini. Tentunya problem pengangguran yang tidak tertangani akan menimbulkan efek samping berupa gejala sosial yang negatif seperti meningkatnya kemiskinan, gelandangan, pengemis dan juga munculnya masalah-masalah kriminal.
Kelima, masalah lingkungan. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Tangsel masih minim. Dari kebutuhan 20 persen sesuai ketetapan pemerintah pusat, Kota Tangsel baru menyediakan 9 persen RTH dari luas wilayah 147,19 kilometer persegi. Jumlah itu di luar RTH milik pribadi seluas 10 persen. Selain itu, kondisi situ di Kota Tangsel juga mengkhawatirkan. Data Dinas Bina Marga dan SDA Kota Tangsel menyatakan  empat situ dinyatakan hilang, yaitu Situ Legoso (Ciputat Timur), Situ Rumpang (Ciputat), Situ Bungur (Ciputat Timur)  dan Situ Kayu Antap (Ciputat). Terdapat juga tiga situ yang kondisinya rawan yaitu Situ Pamulang, Situ Parigi (Pondok Aren), dan Situ Kedaung (Pamulang). Hanya Situ Rawa Kutuk (Serpong Utara), dan Situ Gintung (Ciputat Timur) yang dalam kondisi baik.
Keenam, meskipun bertetangga dengan pusat ibukota negara, angka penderita gizi buruk di Kota Tangsel masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangsel, terdapat sekitar 29 bayi lima tahun (Balita) yang menderita gizi buruk. 100 balita lainnya juga dapat perhatian khusus karena mengalami gejala gizi buruk. Selain itu, terdapat juga problem penyakit HIV/AIDS. Data Dinas Kesehatan Kota Tangsel menunjukkan tahun 2007 hingga 2011 teridentifikasi 54 pengidap HIV dan 9 kasus AIDS. Adapun empat kecamatan di Kota Tangsel yang rawan penularan penyakit HIV AIDS adalah Ciputat, Pondok Aren, Pamulang, dan Serpong. Problem kesehatan ini ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus.
Potensi yang Belum Tergarap Maksimal
Selain beberapa capaian positif serta catatan negatif yang ada di Kota Tangsel selama 3 tahun usianya, terdapat juga beberapa aspek potensi yang belum tergarap maksimal. Potensi ini sejatinya memberikan peluang strategis bagi pengembangan dan pembangunan Kota Tangsel.
Pertama, Pemanfaatan PUSPIPTEK. Sebagai pusat pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia, PUSPIPTEK bukan lagi berstandar nasional, melainkan telah bestandar internasional. Sudah sewajarnya jika Pemkot Tangsel perlu mendorong kemitraan yang komperhensif, strategis dan kreatif dengan PUSPIPTEK ini. Beberapa bentuk kerjasamanya seperti membentuk Pusat Pengembangan Teknologi Daerah Kota Tangsel, kerjasama membangun sektor pendidikan unggulan yang berbasis IPTEK, dan PUSPIPTEK sebagai Pusat Unggulan Edu-tourism (wisata pendidikan).
Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan sendiri telah menyatakan bahwa kunjungan wisatawan lokal dan  wisatawan asing di Kota Tangsel, mayoritasnya berkunjung ke PUSPIPTEK. Data dan fakta tersebut merupakan “pesan” yang jelas untuk lebih fokus mengoptimalkan peran strategis PUSPIPTEK dengan ditopang oleh strategi yang cerdas, kerjasama multi sektoral yang kukuh, penyiapan SDM yang baik serta branding yang tepat.
Kedua, potensi sebagai Kota Pendidikan. Tidak dapat dinafikan jika keberadaan ratusan institusi pendidikian dasar, menengah dan tinggi bersakala nasional dan internasional di Kota Tangsel belum dimaksimalkan. Sejauh ini belum terbangun sebuah strategic planning yang menggambarkan pola kerjasama dan kemitraan strategis dengan ratusan institusi pendidikan tersebut. Anugerah keberadaan institusi pendidikan ini semestinya di fokuskan kepada pengembangan basis SDM Kota Tangsel yang pada akhirnya dapat mempercepat akselerasi pembangunan.  Selain itu, kehadiran ribuan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia untuk menjalani pendidikan di kota ini merupakan peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi dan pencitraan Kota Tangsel secara nasional.
Ketiga, potensi Kota Tangsel sebagai destinasi wisata kuliner dan kota hunian. Jika kita perhatikan, setiap hari sabtu akhir pekan akan nampak pemandangan kesesakan lalu lintas di ruas-ruas jalan di kota ini. Fenomena ini menandakan bahwa Kota Tangsel sebagai daerah  urban dan komuter dari Jakarta menunjukkan potensi aslinya. Melalui pemanfatan potensi wisata kuliner dan merebaknya bisnis properti, kita yakin jika Kota Tangsel mampu berkembang lebih pesat lagi.
Penutup
Kita sadar bahwa dengan segala keterbatasan dan usia nya yang masih sangat muda, masih banyak yang masih perlu diperbaiki dari kota ini. Namun demikian, kita berusaha mendorong dan mengawal agar Kota Tangsel mampu meraih capain-capaiannya yang luar biasa dalam beberapa tahun kedepan.
Jika Kabupaten Sragen mampu menguhubungkan semua desanya dengan internet, harusnya kita juga mampu. Jika Kota Solo mampu menata pedagang kecil dengan indah, masa harusnya kita juga mampu. Jika Kota Yogyakarta mampu menambah taman-taman kotanya, harusnya kita juga mampu. Jika Kabupaten Luwu Timur mampu membangun inftrastruktur dearah dengan baik, harusnya kita juga mampu. Jika Kabupaten Jombang mampu membangun fasilitas kesehatan berstandar sangat baik, harusnya kita juga mampu. Jika Kabupaten Blitar mampu mereformasi birokrasinya, harusnya kita juga mampu.
Kesemua daerah tersebut memiliki corak perbaikan daerah yang saling berbeda. Meskipun demikian, terdapat satu kesamaan, yaitu kemauan yang keras untuk memperbaiki dan memajukan daerah. Kota Tangsel pasti bisa. Mari Bersama PKS, Bekerja untuk Tangsel. Selamat HUT ke-3 Kota Tangsel.

Posted by Admin on Saturday, March 24, 2012. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "Catatan Bagi HUT KE-3 Kota Tangerang Selatan"

Leave a reply